Unitomo Wisuda 898 Lulusan Angkat Isu Sepakbola Sebagai Skripsi, Bintang Persebaya dan Madura United Ikut Diwisuda


Kampus Kebangsaan dan Kerakyatan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Sabtu (28/09) mewisuda 898 lulusan program D3, S1 dan S2. Masing-masing dari Fakultas Ilmu Administrasi 74 orang, Fakultas Pertanian 25 orang, Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan 112 orang, Fakultas Ekonomi & Bisnis 367 orang, Fakultas Teknik 64 orang, Fakultas Sastra 20 orang, Fakultas Ilmu Komunikasi 86 orang, Fakultas Hukum 130 orang, dan Fakultas Ilmu Kesehatan 20 orang. Acara berlangsung di Convention Hall Grand City Surabaya dipimpin rektor, Dr. Bachrul Amiq, SH, MH.

 

            Terpilih sebagai wisudawan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi, Dwi Mardian dari program studi S1 Administrasi Publik yang meraih IPK 3,82. Sedang untuk program S2, Wasiyatul Ummah dari program studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum dinyatakan lulus terbaik dengan IPK nyaris sempurna 3,98.

 

 

Bonek dan K-Conk Mania

 

            Ada yang menarik dalam acara wisuda Unitomo kali ini. Puluhan pendukung dari 2 klub yang tengah berkompetisi dalam Liga 1 Sepakbola Indonesia, Persebaya dan Madura United FC, tampak hadir lengkap dengan atribut yang biasa mereka bawa ke stadion saat mendukung klub kesayangan mereka.

 

            Kehadiran para bonek -- sebutan bagi pendukung Persebaya -- dan K-Conk Mania -- sebutan bagi pendukung Madura United FC -- ini untuk mengawal dan memberi dukungan bagi Misbakus Solikin (gelandang Persebaya) dan Satria Tama Hardiyanto (Kiper Madura United dan Timnas U-23) yang ikut diwisuda. Keduanya berasal dari program studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi (FIA).

 

            Misbakus dinyatakan lulus dengan IPK 3,19 setelah menyelesaikan skripsi berjudul "Evaluasi Dampak Kebijakan Permendagri No. 22 Tahun 2011 Terhadap Prestasi Klub Sepakbola Persebaya". Skripsi yang dikerjakan di bawah bimbingan dosen pembimbing Drs. Budiyono ini berhasil meraih nilai A dalam ujian sidang skripsi yang berlangsung Jum'at (23/08).

 

            Sedang Satria Tama lulus dengan IPK 3,30 setelah juga meraih nilai A dalam ujian sidang skripsi yang berlangsung di hari yang sama. Mirip dengan Misbakus, tema skripsi Satria juga bersangkut paut dengan isu persepakbolaan ditinjau dari perspektif ilmu Administrasi Publik. Ia menulis skripsi dengan judul "Kontribusi Madura United FC Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah  (PAD) Kabupaten Pamekasan".

 

            Diwawancara sesaat sebelum Yudisium, Rabu (25/09), Satria mengaku ingin memanfaatkan ilmu Administrasi Publik yang didapatnya di bangku kuliah untuk mengkaji persoalan di dunia sepakbola yang digelutinya. "PAD sebagai salah satu pilar otonomi daerah merupakan salah satu bidang kajian ilmu administrasi publik, dan sebagai pesepakbola yang belajar ilmu Administrasi Publik saya ingin mengkaji bagaimana kontribusi Madura Unted FC klub tempat saya bernaung saat ini terhadap PAD di Pamekasan sebagai kabupaten yang menjadi markas klub saya", ujar Satria sesaat sebelum mengikuti acara pengukuhan dirinya sebagai sarjana.

 

 

Apresiasi Khusus Terhadap Lulusan Dari Papua

 

            Selain memberi pengargaan terhadap para wisudawan berprestasi akademik maupun non akademik, Bachrul Amiq secara khusus juga memberi apresiasi terhadap sejumlah lulusan asal Papua. "Ini menunjukkan bahwa anda tetap bersemangat untuk menyelesaikan studi. Tidak terpengaruh isu rasialisme, diskriminasi dan bahkan separatisme yang beberapa waktu lalu sempat mencuat. Dan memang, itulah yang seharusnya anda lakukan. Tugas anda adalah belajar, menimba ilmu agar pada saatnya bisa pulang membangun Papua", pesan Amiq.

 

            Salah satu wisudawan asal Papua Barat, Septer Fritz, dari program studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP saat berkesempatan memberi sambutan menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada seluruh dosen, karyawan dan teman-teman mahasiswa lain yang telah menerimanya dengan baik selama ini. "Mereka semua baik, saya tidak pernah ada masalah dalam berhubungan dengan mereka", ujar putra ke 2 pasangan Ananias Kalawin dan Karolina Samolo ini.

 

            Karena itu, tambah Sep -- panggilan akrab pria kelahiran Sorong, 3 September 1992 ini, teman-teman dari Papua yang sedang atau mau kuliah di Unitomo tidak perlu kawatir. "Jangan terpengaruh isu di luar yang tidak jelas. Saya sudah buktkan. Situasi di Surabaya sini baik-baik saja. Pokoknya kita fokus saja untuk kuliah, supaya bisa cepat lulus, dan pulang untuk membangun Papua", pungkas Sep yang berencana segera pulang ke tanah Papua setelah meraih gelar sarjana.

 

            "Bulan Oktober besok, akan ada rekrutmen CPNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong. Saya ingin melamar menjadi guru, supaya bisa mencerdaskan anak-anak Papua", katanya saat diwawancara seusai acara wisuda.

 

 

Lulusan FEB, Muhammad Nur Arifin: Bupati Termuda di Indonesia

 

            Apresiasi khusus juga diberikan terhadap Muhammad Nur Arifin, lulusan program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang mestinya juga ikut diwisuda namun berhalangan hadir karena pada saat yang sama harus melakukan perjalanan dinas ke Amerika Serikat. Arifin -- begitu sosok kelahiran 7 April 1990 ini biasa dipanggil -- oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) pernah dinobatkan sebagai wakil bupati dan bupati termuda di Indonesia. Anak mantan tukang becak dan asisten rumah tangga ini dilantik sebagai Wakil Bupati Trenggalek saat usianya baru 25 tahun. 3 tahun kemudian, saat berusia 28 tahun, ia dilantik sebagai bupati menggantikan Emil Dardak yang diangkat menjadi wakil gubernur Jawa Timur.

 

            Mantan vokalis grup band Marsmellow ini dinyatakan lulus setelah berhasil mempertahankan skripsi berjudul "Implementasi Program Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan (Gertak) Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Trenggalek" Sabtu (24/08). Gertak sendiri merupakan program pengentasan kemiskinan di Trenggalek yang pelaksanaannya dipimpin langsung Arifin sejak masih menjadi wakil bupati di wilayah pesisir selatan Jatim ini.

 

            Menurut Amiq, Arifin merupakan contoh anak muda pejuang yang semangatnya untuk terus maju dan berbakti kepada orang tua patut dicontoh. "Seperti orangtua pada umumnya, orangtua Arifin yang pernah hidup dalam kondisi ekonomi pas-pasan juga ingin anak-anaknya bisa terus kuliah dan lulus meraih gelar sarjana. Itu sebabnya meski sudah sukses menjalankan usaha dan bahkan jadi bupati, ia tetap bersemangat untuk bisa menyelesaikan kuliah S1-nya yang sempat terbengkalai karena kesibukannya beberapa tahun lalu", papar Amiq dalam sambutannya.

 

            Pilihan tema skripsi yang dikerjakan Arifin pun, tambah Amiq, tidak main-main. "Ia sengaja mengangkat soal pengentasan kemiskinan di Trenggalek karena ingin menguji bagaimana manajemen strategis upaya yang sehari-hari digelutinya secara langsung agar bisa dipertanggungjawabkan dari sisi akademik dan ilmiah, bukan sekedar politis sebagai pejabat publik. Dan hasilnya, dewan penguji menyatakan skripsi itu memenuhi syarat-syarat kajian keilmuan di bidang manajemen strategik. Baik secara teoritik maupun metodologi, program Gertak yang diusungnya mengandung unsur-unsur adanya continous improvement, sustainability of business process, serta kebijakan berbasis human centered design yang didukung data-data mutakhir, sehingga layak diberi nilai A", pungkas Amiq.