Sejarah dan Kompleksitas Konflik Rohingya: Dari Pembentukan Awal hingga Krisis Pengungsian Global



Sejarah etnis Rohingya, kelompok mayoritas Muslim yang mendiami wilayah Arakan di Myanmar, memiliki akar yang kompleks dan terpaut erat dengan faktor-faktor sejarah, sosial, dan politik. Mereka diyakini berasal dari campuran etnis Arab, Persia, Bengali, dan Melayu yang datang ke Arakan pada abad ke-7 hingga ke-10 Masehi. Pada masa pemerintahan Kerajaan Arakan, komunitas Rohingya mendapat pengakuan dan hak-hak mereka dihormati.

Wilayah Arakan kemudian menjadi bagian dari India Britania pada abad ke-19, setelah Perang Inggris-Burma. Meski sejumlah orang Rohingya terlibat dalam administrasi kolonial dan tentara Britania, tidak tepat untuk menyimpulkan bahwa secara kolektif mereka menjadi "kaki tangan" kolonial. Saat Burma merdeka pada 1948, etnis Rohingya menjadi bagian dari negara yang baru merdeka.

Sejak dekade 1950-an, ketegangan antara etnis Rohingya dan pemerintahan Burma, yang kemudian menjadi Myanmar, meningkat. Pemerintahan Myanmar tidak mengakui mereka sebagai kelompok etnis resmi dan menerapkan undang-undang kewarganegaraan diskriminatif. Pada 2012, konflik etnis antara Rohingya dan etnis Rakhine memicu gelombang kekerasan dan pengungsian.

Krisis pengungsian terbesar terjadi pada 2017 setelah serangan oleh kelompok pemberontak Rohingya direspons oleh militer Myanmar dengan kekerasan. Puluhan ribu Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, menciptakan krisis kemanusiaan global. Meski menjadi fokus perhatian dunia dan organisasi kemanusiaan internasional, isu Rohingya terus menjadi salah satu tantangan kemanusiaan terbesar di Asia Tenggara.

Konflik Rohingya merupakan ekses dari kolonialisme Britania. Saat India Britania memerintah Arakan pada abad ke-19, sejumlah orang Rohingya memang bekerja dalam administrasi kolonial dan tentara Britania. Hal ini dapat menyebabkan persepsi bahwa mereka memiliki keterkaitan dengan pihak kolonial. Namun, tidak dapat disimpulkan bahwa etnis Rohingya secara kolektif menjadi "kaki tangan" atau agen Britania secara eksplisit.

Sebagai bagian dari strategi pemecahan dan penguasaan kolonial, pemerintah kolonial Britania memang melibatkan beberapa kelompok etnis dalam administrasi mereka, termasuk dalam pembentukan tentara lokal atau pasukan pekerja. Namun, peran individu atau kelompok dalam administrasi kolonial tidak boleh digeneralisasi untuk seluruh etnis Rohingya.

Penting untuk memahami bahwa sejarah dan konflik Rohingya tidak dapat disederhanakan menjadi satu faktor atau periode waktu tertentu. Dinamika kompleks melibatkan faktor lokal dan internasional yang berkembang selama bertahun-tahun. Untuk mencari solusi yang berkelanjutan, pemahaman mendalam terhadap sejarah dan kompleksitas konflik ini menjadi suatu keharusan.